Bab II

Pembahasan

  1.  Pengertian Sistem

System bukanlah “cara”  atau “metode” seperti yang banyak dikatakan orang. Cara hanyalah bagian kecil dari suatu system. Istilah system meliputi spectrum yang sangat luas. Misalnya manusia, binatang, alam semesta, mobil, motor, lembaga tertentu adalah sebagai suatu system.[1]
Murdick dan Ross sistem (1993) adalah seperangkat susunan yang digabungkan satu dengan lainnya untuk mencapai suatu tujuan. [2]
Menurut Webster Unbridge, sistem adalah elemen – lemen yang saling berhubungan dan membentuk satuan organisasi dan menurut Scott (1996) sistem terdiri dari unsur – unsur seperti masukan (input), pengolahan (processing), serta keluaran (output). [3]
Sehingga dapat di sintesakan bahwa sistem merupakan sekumpulan sub sistem yang terdiri dari perangkat – perangkat yang saling bekerja satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan.
Ciri pokok sistem menurut Gasspert ada 4 yaitu sistem itu beroperasi dalam suatu lingkungan, terdiri atas unsur – unsur, ditandai dengan satu hubungan, dan mempunyai satu fungsi atau tujuan yang sama.[4]
Sementara Mc. Leod (1995) mendefinisikan sistem sebagai sekelompok elemen – elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Sumber daya mengalir dari elemen output dan untuk menjamin prosesnya berjalan dengan baik maka dihubungkan dengan mekanisme control. Untuk lebih jelasnya, mekanisme tersebut dapat digambarkan dengan model sebagai berikut :

 

a.    Sistem Perencanaan

Perencanaan (planning), merupakan fungsi pertama dari proses manajemen yang fungsinya untuk menentukan tujuan dan bagaimana tujuan tersebut dicapai “planning is coping with uncertainty by formulating future courses of action to achieve specified result” (kinick dan Williams, 2006). Perencanaan merupakam kegiatan untuk memperkirakan kegiatan dimasa yang akan datang. Oleh sebab itu perencanaan yang baik hendaknya mengandung unsure unsure ; pertama, perencanaan dirumuskan secara jelas dan dijabarkan secara operasional. Kedua, adanya kebijaksanaan untuk mencapai tujuan dala garis besarnya. Ketiga, adanya prosedur pembagian tugas serta hubungannya antara anggota kelompok masing-masing. Keempat, adanya kemajuan yaitu penetapan standar kemajuan yang hendak dicapai. Dan kelima, adanya program yaitu langkah-langkah kegiatan untuk mencapai tujuan.
Pendidikan dapat dianggap sebagai proses untuk melengkapi siswa dengan keahlian pengetahuan,keterampilan dan sikap yang digunakan untuk dapat hidup dan menghasilkan hal-hal yang berguna dalam kehidupan masyarakat setelah resmi keluar dari lembaga pendidikan. 

Dengan menggunakan pendekatan system dalam organisasi pendidikan, akan membantu pengelola pendidikan untuk mewujudkan tujuan secara lebih efektif. Pendidikan itu dinamis tidak statis dan oleh sebab itu pendekatan system juga dinamis tidak statis.
Secara umum pendekatan system dalam pendidikan terdiri dari proses :
a)     Definisikan tujuan-tujuan dan sasaran yang dicapai
b)     Gambarkanlah batasan-batasan yang akan diikerjakan dan disesuaikan dengan kondisi-kondisi yang ada
c)     Tentukan ukuran kadar keefektifannya (standar)
d)     Sebutkan alternatif-alternatif pemecahannya
e)     Tentukan biaya untuk setiap alternative.
f)      Seleksi alternative terbaik untuk dilaksankan
g)     Ikutilah pengaruh arus balik untuk perbaikan atau mempergunakan umpan balik untuk perbaikan.

b.    Model perencanaan

Sistem pendidikan menurut Mc Grath, (1972) pendekatan system bukanlah suatu rangkaian berseri, maupun bertahan, sistem tersebut dinamis yang diprosesnya terjadi secara interaktif.
Sedangkan Hussain, (1972) menyatakan bahwa system pendidikan dicirikan dalam bentuk kepercayaan, metode, bermacam-macam sumber untuk memproduksi segala bentuk perubahan-perubahan pada kebiasaan atau tingkah laku para peserta didik. Pendidikan dicirikan lebih lanjut sebagai suatu institusional fungsional dalam system pendidikan dalam melayani masyarakat.

  2.  Tanggung Jawab Manajer

a.    Definisi Manajer

Manajer adalah orang yang memiliki tanggung jawab dalam usaha memajukan dan mempertahankan perusahaan,terutama saat-saat sulit. Adapun menurut A.F.Stoner bahwa, “para manajer sebagai perencana, pengorganisasi, pemimpin dan pengendali organisasi.”[5]

Lebih jauh lagi James A.f .Stoner mengatakan bahwa,” sebenarnya setiap manajer-seperti pemimpin klub olahraga  atau direktur utama suatu perusahaan multinasional-memegang peranan yang lebih luas untuk menggerakan organisasi menuju tujuan yang telah ditetapkan”.

Merurut James A.F. Stoner manajer yaitu :[6]
1.    Bekerja dengan  orang lain
2.    Bertanggung jawab
3.    Menyelaraskan tujuan dan menentukan prioritas
4.    Berfikir secara analitis dan konseptual
5.    Mediator (penengah), politikus, diplomat, symbol dan pengambil keputusan yang sukar.


Top Manager (Manajer Tingkat Atas)
a)     Mengonsep dan mewujudkan visi dan misi perusahaan atau pun organisasi
b)     Merancang strategi perusahaan secara keseluruhan, termasuk memutuskan kebijakan akuisisi dan merger.
c)     Mengedepankan pekerjaan dengan format keputusan bersifat umum (abstrak), dan selanjutnya memerintahkan pihak middle dengan tujuan sesuai yang diarahkan.
d)     Informasi yang diterima oleh pihak top management cukup yang bersifat poin-poinnya saja
e)     Manajemen tingkat atas tidak membutuhkan informasi tentang berapa banyak penjualan hari ini, yang diperlukan adalah berapa besar penjualan dari bulan ke bulan dan apakah ada tren (kecenderungan ) naik atau turun sehingga dari informasi ini akan diketahui kondisi di masa akan datang yang akan terjadi
f)      Perangkat yang dibutuhkan oleh top management meliputi DSS ( Decision Support System) dan berapa perangkat lunak lainnya seperti Outlook Soft, informasi builder, Knowledge, Storm dan sebagainya[8].

Middle Manager (Manajer Tingkat Menengah)
a)     Bertugas menjembatani informasi yang berhubungan dengan top dan low management
b)     Mengedepankan efektivitas dalam melaksanakan pekerjaan
c)     Bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh pihak lower management. dan berusaha mengurangi risiko pekerjaan yang akan terjadi nantinya
d)     Middle Management bertugas mengkoordinir unit-unit yang ada di lower management.

Lower Manager (Manajer Tingkat Bawah)
a)     Mengerjakan seluruh pekerjaan yang ditugaskan oleh pihak middle management sampai beres
b)     Mengedepankan konsep efisiensi dalam bekerja
c)     Bekerja secara sistematis, dan terstruktur serta menghindari timbulnya kesalahan yang bersifat fatal
d)     Kebutuhan dan pengolahan informasi bersifat maksimal
e)     Melayani unit-unit yang berada di bawah

  3.  Analisis Sistem

a.    Definisi Analisis Sistem

Analisis Sistem (system analysis) adalah penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian – bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan, kesempatan maupun hambatan – hambatan yang terjadi dan kebutuhan – kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan – perbaikannya.[9]

Tahap analisis sistem dilakukan setelah perencanaan sistem (system planning) dan sebelum desain sistem (system design). Tahap analisis merupakan tahap kritis dan sangat penting, karena kesalahan di dalam tahap ini akan menyebabkan kesalahan – kesalahan di tahap selanjutnya.

Langkah – langkah sederhana dalam menganalisis sistem :
1.     Identify, yaitu mengidentifikasi masalah
2.     Understand, yaitu memahami kerja dari sistem yang ada
3.     Analyze, yaitu menganalisis sistem
4.     Report, yaitu membuat laporan hasil analisis

Dalam dunia pendidikan analisis sistem sangat penting guna mengevaluasi seberapa efektif sistem yang digunakan dalam sebuah organisasi, memperbaiki apabila terjadi kesalahan, atau merekonstruksi sistem yang ada sehingga mendukung optimalisasi sistem yang baru.

a)    Dekomposisi
Untuk menganalisa dan memahami secara menyeluruh sebuah sistem yang besar, biasanya dibutuhkan waktu yang cukup lama. Untuk mempermudah pekerjaan itu dibutuhkan sistem dekomposisi. Dekomposisi adalah pembagian sistem kedalam komponen – komponen yang lebih kecil (subsistem). Dekomposisi memiliki beberapa keuntungan :
a.     Analisis menjadi lebih mudah menmengatur dan menganalisa setiap subsistem secara lebih detail.
b.     Pada pengembangan sistem, sistem bisa di dekomposisi menjadi beberapa modul.
Modul sistem terdiri dari empat elemen subsistem yaitu : masukan, pengolahan, keluaran dan umpan balik[10]

b)    Modularitas
Konsep modularitas berhubungan dengan dekomposisi. Pada saat melakukan dekomposisi, diharapkan sistem yang besar terbagi menjadi subsiste, - subsistem yang relatif sama ukurannya. Dengan modul – modul ini maka beban kerja mengembangkan sistem bisa didistribusikan secara merata pada semua sumber daya yang ada. Pengembangan sistem jadi lebih sederhana karena hanya terfokus pada satu modul terlebih dahulu, baru dilakukan integrasi antar modul.

c)    Coupling
Dari modul –modul yang kita peroleh, kadang – kadang ditemukan beberapa modul yang memiliki ketergantungan dengan modul yang lain. Pada kasus seperti ini, modul – modul yang saling bergantung harus dipasangkan (di-couple). Dengan cara ini bisa diketahui modul yang bisa bekerja secara independen dan modul – modul yang harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum modul yang lain bisa bekerja.

d)    Kohesi
Dari proses coupling antar modul, kita bisa dapatkan kelompok – kelompok modul dengan karakteristik yang hampir sama. Disini muncul konsep kohesi dimana kelompok modul itu harus dianalisis bersama – sama dengan kelompok modul yang saling berkohesi.

c.    Analis Sistem

Analisis sistem merupakan pekerjaan yang bertugas menganalisis suatu sistem yang berlaku dalam suatu organisasi.
Tugas utama dari seorang analis sistem adalah menentukan bentuk sistem yang akan dibangun nantinya. Keputusan ini tidak mudah. Kesalahan menentukan format sistem yang akan dibangun akan berakibat pada gagalnya proyek yang dikerjakan. Oleh sebab itu seorang analis sistem yang sukses harus memiliki dan dibekali dengan bebrapa keahlian spesifik, seperti :

1.    Keahlian Analisis
Keahlian analisis diperlukan untuk memahami organisasi yang memerlukan sistem informasi yang akan dibangun. Keahlian analisis digunakan untuk memetakan permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan klien yang bisa diselesaikan dengan sistem informasi dan yang tidak. Kemampuan analisis juga diperlukan untuk memecahkan masalah yang telah ditemukan.

2.    Keahlian Teknis
Salah satu tugas analis sistem adalah membuat laporan mengenai hasil analisanya, untuk itulah kemampuan mengoperasikan komputer sangat diperlukan. Seorang analis sistem dituntut untuk mengenal dan menguasai perangkat lunak maupun perangkat keras terbaru, serta mengetahui keunggulan maupun batasan dari teknologi – teknologi tersebut. Hal ini akan sangat membantu analis dalam memilih teknologi yang tepat untuk keperluan klien yang sangat spesifik. Keahlian teknis dapat diperoleh dari pendidikan formal, pelatihan khusus, maupun jam terbang yang lama dalam mengembangkan sistem informasi.

3.    Keahlian Manajerial
Salah satu tugas analis sistem adalah menjadi tangan kanan manajer sistem informasi dalam mengatur sumber daya proyek yang berskala kecil. Analis sistem bertanggung jawab mengatur sumber daya yang di bawah kendalinya, seperti programer dan teknisi. Pengalokasian tugas yang tepat sangat berpengaruh pada cepat lambatnya penyelesaian proyek. Analis sistem juga harus memprediksi resiko dan perubahan faktor – faktor eksternal seperti kenaikan harga perangkat keras, perubahan kebutuhan klien, munculnya produk pesaing dan lain – lain.

4.    Interpersonal Skill
Analis sistem adalah pihak yang berkomunikasi aktif keluar dengan klien maupun ke dalam dengan stakholder yang lain. Keahlian berkomunikasi sangat diperlukan untuk menjaring informasi yang akurat tentang masalah yang ada pada klien.

Adapun hal – hal tanggung jawab dari seorang analis sistem meliputi :
a.    Pengambilan data yang efektif dari sumber bisnis
b.    Aliran data menuju ke komputer
c.    Pemrosesan dan penyimpanan data dengan komputer
d.    Aliran dari informasi yang berguna kembali ke proses bisnis dan penggunanya.

  4.  Sibernetika

Teori sibernetika menekankan hubungan timbal balik diantara semua bagian dari sebuah sistem. Kami akan menyajikan dua genre teori sibernetika. Pertama, satu kelompok teori yang umumnya berasal dari rubrik penggabungan informasi (information - integration). Kedua, satu kelompok teori yang umumnya dikenal sebagai teori konsistensi ( consistency theories ).

Teori Penggabungan Informasi (information-integration) bagi pelaku komunikasi berpusat pada cara kita mengakumulasi dan mengatur informasi tentang semua orang, objek, situasi, dan gagasan yang membentuk sikap atau kecenderungan untuk bertindak dengan cara yang positif atau negatif terhadap beberapa objek. Pendekatan penggabungan informasi adalah salah satu model paling populer yang menawarkan untuk menjelaskan pembentukan informasi dan perubahan sikap. Informasi adalah salah satu dari kekuatan tersebut dan berpotensi untuk memengaruhi sebuah sistem kepercayaan atau sikap individu. Sebuah sikap dianggap sebagai sebuah akumulasi dari informasi tentang sebuah objek, seseorang, situasi, atau pengalaman.

Dua variabel nampaknya memiliki peranan penting dalam memengaruhi perubahan sikap. Pertama adalah valance atau arahan. Valance mengacu pada apakah informasi mendukung keyakinan Anda atau menyangkal mereka. Ketika informasi menyokong keyakinan anda, maka informasi tersebut mempunyai valance “positif”. Ketika tidak menyokong, maka valance “negatif”.
Variabel kedua yang memengaruhi dampak dari informasi adalah bobot yang anda berikan terhadap informasi. Bobot adalah sebuah kegunaan dari kredibilitas.

Perubahan sikap terjadi karena informasi baru yang muncul dalam keyakinan adanya perubahan dalam sikap atau karena informasi yang baru mengubah bobot atau valance pada sebentuk informasi. Jadi, valance memengaruhi bagaimana informasi memengaruhi sistem keyakinan anda dan bobot memengaruhi seberapa banyak pengaruh itu bekerja.

    1.    Teori Nilai Ekspektasi.
Salah satu dari ahli teori penggabungan informasi yang sangat terkenal dan dihormati adalah Martin Fishbein. Karya Fishbein menyoroti sifat kompleks dari perilaku yang diketahui sebagai teori nilai ekspektasi (expectancy-value theory). Menurut fishbein, ada dua macam keyakinan. Pertama yakin pada suatu hal. Ketika anda meyakini sesuatu, anda akan berkata bahwa hal tersebut ada. Kedua, yakin pada perasaan.

    2.    Teori Tindakan yang Beralasan.
Icek ajzen dan Martin Fishbein memperluas cakupan dari teori nilai ekspektasi dengan menambahkan faktor intensi dalam rumus. Hal ini sebagai sebuah teori dari tindakan yang beralasan. Misalnya seseorang yang ingin bekerja karena mendapat upah sebagai salah satu reward yang didapat.

Teori penggabungan informasi berhubungan dengan sistem faktor. Apa yang anda fikirkan tentang isu dan bagaimana anda berperilaku, dihasilkan dari sebuah interaksi kompleks diantara variabel sebagai salah satu karya dari Fishbein dan Ajzen yang membantu kita melihat apakah hubungan mereka.


[1] Kinichi dan Williams, Management - terj, (New York : Mc. Grawhill, 2009) hlm. 20
[2] Hanif al Fatta, Analisis dan Perancangan Sistem Informasi, (Yogyakarta : Andi Offset, 2007) hlm.3.
[3] Ibid
[4] Op.cit, hlm. 4
[5] James A.F. Stoner, 1991, Manajemen, Jakarta, Erlangga,(terjemahan). hlm.11.
[6] James A.F. Stoner, Op. Cit.,hlm. 11-13
[7] Eko Nugroho, system informasi manajemen, Andi, Yogyakarta.Hlm.63
[8] Eko Nugroho, Op.Cit,. hlm. 72.
[9] Jogiyanto, Analisis Sistem, (Yogyakarta : Andi Offset, 2005), hlm 129.
[10] Zulkifli Amsyah, Manajemen Sistem Informasi, (Jakarta : Gramedia, 2005), hlm. 25.