Bab XI
Pengawasan (Controlling)
A.
Pengertian
Controlling
Menurut Robert J. Mockler pengawasan yaitu
usaha sistematik menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan,
merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar,
menentukan dan mengukur deviasi-deviasi dan mengambil tindakan koreksi yang
menjamin bahwa semua sumber daya yang dimiliki telah dipergunakan dengan
efektif dan efisien.
George R. Tery (2006:395) mengartikan
pengawasan sebagai mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan, maksudnya
mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu, menerapkan tindakan-tindakan
korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Robbin (dalam Sugandha, 1999 : 150)
menyatakan pengawasan itu merupakan suatu proses aktivitas yang sangat
mendasar, sehingga membutuhkan seorang manajer untuk menjalankan tugas dan
pekerjaan organisasi.
Kertonegoro (1998 : 163) menyatakan
pengawasan itu adalah proses melaui manajer berusaha memperoleh kayakinan bahwa
kegiatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaannya.
Terry (dalam Sujamto, 1986 : 17)
menyatakan Pengawasan adalah untuk menentukan apa yang telah dicapai,
mengadakan evaluasi atasannya, dan mengambil tindakan-tidakan korektif bila
diperlukan untuk menjamin agar hasilnya sesuai dengan rencana.
Dale (dalam Winardi, 2000:224) dikatakan
bahwa pengawasan tidak hanya melihat sesuatu dengan seksama dan melaporkan
hasil kegiatan mengawasi, tetapi juga mengandung arti memperbaiki dan
meluruskannya sehingga mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang
direncanakan.
Admosudirdjo (dalam Febriani, 2005:11)
mengatakan bahwa pada pokoknya pengawasan adalah keseluruhan daripada kegiatan
yang membandingkan atau mengukur apa yang sedang atau sudah dilaksanakan dengan
kriteria, norma-norma, standar atau rencana-rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Siagian (1990:107) menyebutkan bahwa yang
dimaksud dengan pengawasan adalah proses pengamatan daripada pelaksanaan
seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang
sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya.
Sehingga dapat disintesakan bahwa
pengawasan merupakan suatu proses pengamatan dalam kegiatan pelaksanaan
pencapaian tujuan dalam suatu organisasi atau perusahaan untuk menyesuaikan
antara perencanaan dan target pelaksanaan yang telah dicapai dalam kurun waktu
tertentu.
B.
Manfaat
Controlling
Kegiatan yang dilakukan oleh Manajer tentu
harus memiliki manfaat guna mengefektifitaskan suatu pekerjaan. Begitu juga
denan controlling (pengawasan).
Manfaat dari controlling (pengawasan) adalah :
1. Untuk
mengetahui sejauh mana program yang sudah dijalankan oleh Staff dalam suatu
organisasi atau perusahaan;
2. Untuk
mengetahui kesesuaian antara standar pelaksanaan dengan rencana kerja;
3. Untuk
mengetahui sumberdaya yang telah digunakan dalam proses pelaksanaan rencana
kerja;
4. Untuk
mendeteksi bila ada penyimpangan dan salah komunikasi yang mungkin terjadi
selama proses pelaksanaan, serta untuk mendeteksi sebab – sebab penyimpangan
yang mungkin terjadi;
5. Untuk
mengukur apakah sumber daya dan waktu yang tersisa sudah dimanfaatkan secara
efisien;
6. Untuk
mengukur kualitas dan kinerja anggota.
C.
Proses
Controlling
1) Penetapan
standar pelaksanaan (perencanaan)
Tahap
pertama dalam pengawasan adalah penetapan standar pelaksanaan. Standar
mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran yang dapat digunakan sebagai
“patokan” untuk penilaian hasil-hasil. Standar adalah kriteria-kriteria untuk
mengukur pelaksanaan pekerjaan. Kriteria tersebut dapat dalam bentuk
kuantitatif ataupun kualitatif. Standar pelaksanaan (standard performance)
adalah suatu pernyataan mengenai kondisi-kondisi yang terjadi bila suatu
pekerjaan dikerjakan secara memuaskan.
Standar
pelaksanaan pekerjaan bagi suatu aktifitas menyangkut kriteria : ongkos, waktu,
kuantitas, dan kualitas. Tipe bentuk standar yang umum adalah:
a) Standar-standar fisik, meliputi kuantitas
barang atau jasa, jumlah langganan, atau kualitas produk.
b) Standar-standar moneter, yang ditunjukkan
dalam rupiah dan mencakup biaya tenaga kerja, biaya penjualan, laba kotor,
pendapatan penjualan, dan lain-lain.
c) Standar-standar waktu, meliputi kecepatan
produksi atau batas waktu suatu pekerjaan harus diselesaikan.
2) Penentuan
pengukuran pelaksanaan kegiatan
Penentuan
standar akan sia-sia bila tidak disertai berbagai cara untuk mengukur
pelaksanaan kegiatan nyata. Oleh karena itu, tahap kedua dalam Pengawasan
adalah menentukan pengukuran pelaksanaan kegiatan secara tepat.
3) Pengukuran
pelaksanaan kegiatan
Setelah
frekuensi pengukuran dan sistem monitoring ditentukan pengukuran pelaksanaan
dilakukan sebagai proses yang berulang-ulang dan terus-menerus. Ada berbagai
cara untuk melakukan pengukuran pelaksanaan yaitu pengamatan (observasi),
laporan-laporan (lisan dan tertulis), pengujian (tes), atau dengan pengambilan
sampel.
4) Pembandingan
pelaksanaan dengan standar dan analisa penyimpangan
Tahap
kritis dari proses pengawasan adalah pembandingan pelaksanaan nyata dengan
pelaksanaan yang direncanakan atau standar yang telah ditetapkan.
5) Pengambilan
tindakan koreksi bila diperlukan
Bila
hasil analisa menunjukkan perlunya tindakan koreksi, tindakan ini harus
diambil. Tindakan koreksi mungkin berupa :
a. Mengubah
standar;
b. Mengubah
pengukuran pelaksanaan;
c. Mengubah
cara dalam menganalisa dan menginterpretasikan penyimpangan-penyimpangan.
D.
Jenis Controlling
Jenis – jenis controlling (pengawasan) yang
sering terjadi dalam suatu perusahaan atau organisasi :
1. Pengawasan
Karyawan (Personal Control).
Pengawasan
ini ditujukan kepada hal-hal yang ada hubungannya dengan kegiatan pegawai,
apakah pegawai bekerja sesuai dengan perintah, rencana, tata kerja, absensi
pegawai dan lain-lain.
2. Pengawasan
Keuangan (financial control)
Pengawasan
ini ditujukan untuk hal-hal yang menyangkut keuangan, tentang pemasukan dan
pengeluaran, biaya-biaya perusahaaan termasuk Pengawasan anggaranya.
3. Pengawasan
Produksi (Production Control).
Yaitu
Pengawasan yang difokuskan untuk mengetahui kualitas dan kuantitas produksi
yang dihasilkan, apakah sesuai dengan standar atau rencananya.
4. Pengawasan
Waktu (Time Control)
Pengawasan
ini ditujukan kepada penggunaan waktu, artinya apakah waktu untuk mengerjakan
suatu pekerjaan sesuai atau tidak dengan rencana.
5. Pengawasan
Teknis (Technical Control)
Pengawasan
ini ditujukan kepada hal-hal yang bersifat fisik, yang berhubungan dengan
tindakan dan teknis pelaksanaan.
6. Pengawasan
Kebijaksanaan (Policy Control).
Pengawasan
ini ditujukan untuk mengetahui dan menilai apakah kebijaksanaan organisasi
telah dilaksanakan sesuai dengan yang digariskan.
7. Pengawasan
Penjualan (Sales Control)
Pengawasan
ini ditujukan untuk mengetahui apakah produksi yang dihasilkan terjual sesuai
rencana yang ditentukan.
8. Pengawasan
Inventaris (Inventory Control)
Pengawasan
ini ditujukan untuk mengetahui apakah inventaris perusahaan masih ada semuanya
atau ada yang hilang.
9. Pengawasan
Pemeliharaan (Maintenance Control)
Pengawasan
ini ditujukan untuk mengetahui apakah semua inventaris perusahaan dan kantor
terprlihara atau tidak,dan mengetahui kerusakan.
E.
Tujuan
Controlling
Adapun tujuan dari diadakannya controlling (pengawasan) adalah :
1. Menghentikan
atau meniadakan kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan, hambatan,
dan ketidakadilan;
2. Mencegah
terulangnya kembali kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan,
hambatan, dan ketidakadilan;
3. Mendapatkan
cara-cara yang lebih baik atau membina yang telah baik;
4. Menciptakan
suasana keterbukaan, kejujuran, partisipasi, dan akuntabilitas organisasi;
5. Meningkatkan
kelancaran operasi organisasi;
6. Meningkatkan
kinerja organisasi;
7. Memberikan
opini atau saran yang bersifat optimis dan menonjol pada peningkatan kualitas
atas kinerja organisasi;
8. Mengarahkan
manajemen untuk melakukan koreksi atas masalah-masalah pencapaian kerja yang
ada;
9. Menciptakan
terwujudnya organisasi yang bersih dan terawasi.
F.
Asas –
Asas Controlling
Dalam pelaksanaan controlling (pengawasan) perlu diterapakan asas – asas yang
berfungsi sebagai tolok ukur atas pelaksanaan pengawasan. Harold Koontz dan
Cyril O’Donnel membagi asas – asas pengawasan menjadi sebagai berikut :
1. Asas
tercapainya tujuan (Principle of assurance of objective), pengawasan harus
ditujukan kearah tercapainya tujuan, yaitu dengan mengadakan perbaikan (koreks)
untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan/deviasi dari perencanaan.
2. Asas
efisiensi pengawasan (principle of efficiency of control). Pengawasan itu
efisien bila dapat menghindari deviasi-deviasi dari perencanaan, sehingga tidak
menimbulkan hal-hal lain yang diluar dugaan.
3. Asas
tanggung jawab pengawasan (principle of control responsibility). Pengawasan
hanya dapat dilaksanakan apabila manager bertanggung jawab penuh terhadap
pelaksanaan rencana.
4. Asas
pengawasan terhadap masa depan (principle of future control). Pengawasan yang
efektif harus ditujukan kearah pencegahan penyimpangan perencanaan yang akan
terjadi baik pada waktu sekarang maupun masa yang akan datang.
5. Asas
pengawasan langsung (principle of direct control). Teknik kontrol yang paling
efektif ialah mengusahakan adanya manager bawahan yang berkualitas baik.
Pengawasan itu dilakukan oleh manager atas dasar bahwa manusia itu sering
berbuat salah .Cara yang paling tepat untuk menjamin adanya pelaksanaan yang
sesuai dengan perencanaan ialah mengusahakan sedapat mungkin para petugas
memiliki kualitas yang baik.
6. Asas
refleks perencanaan (principle of replection of plane). Pengawasan harus
disusun dengan baik, sehingga dapat mencerminkan karakter dan susunan
perencanaan.
7. Asas
penyesuaian dengan organisasi (principle of organizational suitability).
Pengawasan harus dilakukan sesuai dengan struktur organisasi. Manager dan
bawahannya merupakan sarana untuk melaksanakan rencana. Dengan demikian
pengawasan yang efektif harus disesuaikan dengan besarnya wewenang manager,
sehingga mencerminkan struktur organisasi.
8. Asas
pengawasan individual (principle of individuality of control). Pengawasan harus
sesuai dengan kebutuhan manager. Teknik kontrol harus ditunjukan terhadap
kebutuhan-kebutuhan akan informasi setiap manager. Ruang lingkup informasi yang
dibutuhkan itu berbeda satu sama lain, tergantung pada tingkat dan tugas
manager.
9. Asas
standar (principle of standard). Control yang efektif dan efisien memerlukan
standar yang tepat, yang akan dipergunakan sebagai tolak ukur pelaksanaan dan
tujuan yang tercapai.
10. Asas
pengawasan terhadap strategis (principle of strategic point control).
Pengawasan yang memerlukan adanya perhatian yang ditujukan terhadap
faktor-faktor yang strategis dalam perusahaan.
11. Asas
pengecualian (the exception principle). Efisien dalam control membutuhkan
adanya perhatian yang ditujukan terhadapfaktor kekecualian. Kekecualian ini
dapat terjadi dalam keadaan tertentu ketika situasi berubah/atau tidak sama.
12. Asas
pengawasan fleksibel (principle of flexibility of control). Pengawasan harus
luwes untuk menghindarkan kegagalan pelaksanaan rencana.
13. Asas
peninjauan kembali (principle of review). Sistem kontrol harus ditinjau
berkali-kali agar sistem yang digunakan berguna untuk mencapai tujuan.
14. Asas
tindakan (principle of action). Pengawasan dapat dilakukan apabila ada
ukuran-ukuran untuk mengoreksi penyimpangan-penyimpangan rencana, organisasi,
staffing dan directing.
G.
Cara Controlling
Ada dua cara dalam melakukan controlling (pengawasan) secara garis besar
yaitu “Pengawasan Langsung” dan “Pengawasan Tidak Langsung”, kedua cara
tersebut dapat digunakan secara bersamaan karena memiliki kebaikan dan
keburukan yang mungkin terjadi bila hanya di lakukan dengan 1 cara.
Adapun cara – cara controlling (pengawasan) adalah sebagai berikut :
1. Pengawasan
Langsung
Pengawasan
yang dilakukan sendiri secara langsung oleh seorang manajer. Manajer memeriksa
pekerjaan yang sedang dilakukan untuk mengetahui apakah dikerjakan dengan benar
dan hasilnya sesuai dengan perencanaan awal serta standar pelaksanaan.
Kebaikan :
a. Jika
ada kesalahan dapat diketahui sedini mungkin,sehingga perbaikanya dilakukan
dengan cepat.
b. Akan
terjadi kontak langsung antara bawahan dan atasan, sehingga akan memperdekat
hubungan antara atasan dan bawahanya.
c. Akan
memberikan kepuasan tersendiri bagi bawahan,karena merasa diperhatikan
atasanya.
d. Akan
tertampung sumbangan pikiran dari bawahan yang mungkin bisa berguna bagi
kebijakan selanjutnya.
e. Menghindari
timbulnya kesan laporan “Asal Atasan Senang” (AAS). Tanpa memperhatikan
kenyamanan kerja bawahannya.
Keburukan :
a. Menyita
waktu manajer
b. Mengurangi
inisiatif bawahan karena mereka selalu merasa manajernya mengawasi.
c. Ongkos
bertambah, sebab pengawasan ini harus dilakukan dengan terjun langsung ke
tempat pelaksanaan. Atau yang biasa disebut dengan observasi di tempat (on the
spot observation) dan laporan di tempat (on the spot report).
2. Pengawasan
Tidak Langsung
Pengawasan
jarak jauh dengan melalui laporan oleh bawahan baik secara lisan maupun tulisan
tentang pelaksanaan pekerjaan dan hasi-hasil yang dicapai.
Kebaikan :
a. Waktu
manajer untuk mengerjakan tugas-tugas lainya semakin banyak,misalnya
perencanaan,kebijaksanaan,dan lain-lain.
b. Biaya
pengawasan relatif kecil.
c. Memberikan
kesempatan inisiatif bawahan berkembang dalam melaksanakan pekerjaan.
Keburukan :
a. Laporan
kadang-kadang kurang objective,karena ada kecendrungan untuk melaporkan yang
baik-baik saja.
b. Jika
ada kesalahan – kesalahan terlambat mengetahuinya, sehingga perbaikan pun
lambat.
c. Kurang
menciptakan hubungan-hubungan antara atasan dan bawahan.
H.
Sifat
dan Waktu Controlling
Sifat dan waktu Controlling (Pengawasan) dibedakan atas :
1. Preventive
control, Pengawasan yang dilakukan sebelum kegiatan dilakukan untuk menghindari
terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaannya.
Cara
melakukannya :
a. Menentukan
proses pelaksanaan pekerjaan
b. Membuat
peraturan dan pedoman pelaksanaan pekerjaan itu
c. Menjelaskan
dan mendemonstrasikan cara pelaksanaan pekerjaan
d. Mengorganisasi
segala macaam kegiatan
e. Menentukan
jabatan, job description, authority, dan responsibility bagi setiap karyawan
f. Menetapkan
sistem koordinasi pelaporan dan pemeriksaan
g. Menetapkan
sanksi bagi karyawan yang membuat kesalahan preventive control ini adalah
Pengawasan yang terbaik karena dilakukan sebelum terjadi kesalahan.
2. Repressive
control, Pengawasan yang dilakukan setelah terjadi kesalahan dalam
pelaksanaannya, agar kesalahan yang sama tidak terjadi lagi di waktu yang akan
datang. Cara melakukannya:
a. Membandingkan
antara hasil dengan rencana
b. Menganalisis
sebab-sebab yang menimbulkan kesalahan dan mencari tindakan perbaikannya
c. Memberikan
penilaian terhadap pelaksananya, jika perlu dikenakan sanksi hukuman kepadanya
d. Menilai
kembali prosedur-prosedur pelaksanaan yang ada
e. Mengecek
kebenaran laporan yang dibuat oleh petugas pelaksana
f. Jika
perlu meningkatkan keterampilan atau kemampuan pelaksana melalui training atau
education.
3. Pengawasan
saat proses dilakukan, jika terjadi kesalahan segera diperbaiki.
4. Pengawasan
berkala, Pengawasan yang dilakukan secara berkala.
5. Pengawasan
mendadak, pengawasan yang dilakukan secara mendadak untuk mengetahui apa
pelasakanaan atau peraturan-peraturan yang ada dilaksanakan dengan
baik.Pengawasan mendadak ini sekali-kali perlu dilakukan,supaya kedisiplinan
karyawan tetap terjaga dengan baik.
6. Pengamatan
melekat, Pengawasan yang dilakukan mulai dari sebelum, saat, dan sesudah
kegiatan dilakukan.
I.
Tipe –
tipe Controlling
Ada tiga tipe dasar dalam controlling
(pengawasan) yaitu :
a. Pengawasan
Pendahuluan (Feedforward Control)
Pengawasan
ini sering disebut juga dengan Steering Control. Ini dirancang untuk
mengantisipasi masalah-masalah atau penyimpangan-penyimpangan dari standar dan
tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap diselesaikan
(kegiatan belum dilaksanakan).
b. Pengawasan
Concurrent
Pengawasan
concurrent maksudnya pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan melakukan
kegiatan. Pengawasan ini sering disebut pengawasan “ Ya-Tidak “, screening
control, “berhenti terus” dilakukan selama suatu kegiatan berlangsung.
c. Pengawasan
Umpan Balik (Feedback Control)
Pengawasan
ini bias juga dikenal sebagai “Past-Action Control” yang mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan
yang telah diselesaikan dan pengukuran ini dilakukan setelah kegiatan terjadi.
Ketiga
bentuk pengawasan ini sangat berguna bagi manajemen karena memungkinkan
manajemen membuat tindakan koreksi dan tetap dapat mencapai tujuan.
J.
Alat Controlling
Dalam melakukan controlling (pengawasan) diperlukan alat – alat yang dapat
menunjang input informasi dalam melakukan proses pengawasan.
Alat – alat dalam melakukan pengawasan
adalah sebagai beruikut :
1. Budget
Busget
adalah suatu ikhtisar hasil yang akan diharapkan dari pengeluaran yang
disediakan untuk mencapai hasil tersebut. Apabila tidak sesuai dengan budget,
baik pemerimaan maupun pengeluaran maupun hasil yang diperoleh maka perusahaan
itu tidak efektif karena terdapat penyimpangan.
Tipe-tipe
budget:
a. Sales
budget
b. Production
budget
c. Cost
Production Budget
d. Step
budget, berhubungan dengan production budget dan menunjukkan bermacam-macam
tingkat tingkat produksi
e. Purchasing
budget
f. Personnel
budget
g. Cash
& Financial budget
2. Non-Budget
Non
Budget adalah alat pengenalian yang tidak terlihat oleh kasat mata dan
pengawasan ini bersifat kuantitatif.
a. Personal
observation, pengawasan langsung secara pribadi oleh pimpinan perusahaan terhadap
para bawahan yang sedang bekerja.
b. Report,
laporan yang dibuat oleh para manajer.
c. Financial
statement, daftar laporan keuangan yang biasanya terdiri dari Balance sheet dan
Income Statement (neraca rugi laba)
d. Statistic,
merupakan pengumpulan data, informasi, dan kejadian yang tealh berlalu.
e. Break
event point, suatu titik atau keadaan ketika jumlah penjualan tertentu tidak
mendapat laba ataupun rugi.
f. Intenal
Audit, Pengawasan yang dilakukan oleh atasan terhadap bawahan yang meliputi
bidang-bidang kegiatan secara menyeluruh yang menyangkut masalah keuangan.
Auditing ini juga menyangkut Pengawasan persediaan yang baik, pembayaran barang
yang dibeli, dan pemeriksaan yang cukup, apakah barang yang telah dibayar
benar-benar telah diterima.
K.
Faktor
Pendukung Controlling
Ada tiga tipe dasar dalam controlling
(pengawasan) yaitu :
a. Pengawasan
Pendahuluan (Feedforward Control)
Pengawasan
ini sering disebut juga dengan Steering Control. Ini dirancang untuk
mengantisipasi masalah-masalah atau penyimpangan-penyimpangan dari standar dan
tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap diselesaikan
(kegiatan belum dilaksanakan).
b. Pengawasan
Concurrent
Pengawasan
concurrent maksudnya pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan melakukan
kegiatan. Pengawasan ini sering disebut pengawasan “ Ya-Tidak “, screening
control, “berhenti terus” dilakukan selama suatu kegiatan berlangsung.
c. Pengawasan
Umpan Balik (Feedback Control)
Pengawasan
ini bias juga dikenal sebagai “Past-Action Control” yang mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan
yang telah diselesaikan dan pengukuran ini dilakukan setelah kegiatan terjadi.
Ketiga bentuk pengawasan ini sangat
berguna bagi manajemen karena memungkinkan manajemen membuat tindakan koreksi
dan tetap dapat mencapai tujuan
I.
Tahapan
– tahapan Controlling
Menurut G. R. Terry dalam Sukama (1992,
hal. 116) proses pengawasan terbagi atas 4 tahapan, yaitu:
1. Menentukan
standar atau dasar bagi pengawasan.
2. Mengukur
pelaksanaan
3. Membandingkan
pelaksanaan dengan standar dan temukanlah perbedaan jika ada.
4. Memperbaiki
penyimpangan dengan cara-cara tindakan yang tepat.
Menurut Terry (dalam Winardi, 1986:397)
bahwa pengawasan terdiri daripada suatu proses yang dibentuk oleh tiga macam
langkah-langkah yang bersifat universal yakni:
1. Mengukur
hasil pekerjaan,
2. Membandingkan
hasil pekerjaan dengan standard dan memastikan perbedaan (apabila ada
perbedaan),
3. Mengoreksi
penyimpangan yang tidak dikehendaki melalui tindakan perbaikan.
Menurut Maman Ukas (2004:338) menyebutkan
tiga unsur pokok atau tahapan-tahapan yang selalu terdapat dalam proses
pengawasan, yaitu:
a. Ukuran-ukuran
yang menyajikan bentuk-bentuk yang diminta.
Standar
ukuran ini bisa nyata, mungkin juga tidak nyata, umum ataupun khusus, tetapi
selama seorang masih menganggap bahwa hasilnya adalah seperti yang diharapkan.
b. Perbandingan
antara hasil yang nyata dengan ukuran tadi.
Evaluasi
ini harus dilaporkan kepada khalayak ramai yang dapat berbuat sesuatu akan hal
ini.
c. Kegiatan
mengadakan koreksi. Pengukuran-pengukuran laporan dalam suatu pengawasan tidak
akan berarti tanpa adanya koreksi, jikalau dalam hal ini diketahui bahwa
aktivitas umum tidak mengarah ke hasil-hasil yang diinginkan.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa proses pengawasan dilakukan berdasarkan beberapa tahapan yang harus
dilakukan :
- Menetapkan
standar pelaksanaan (perencanaan)
Sehingga
dalam melakukan pengawasan manajer mempunyai standard yang jelas.
- Penentuan
pengukuran pelaksanaan kegiatan
Mengukur
kinerja pegawai, sejauh mana pegawai dapat menerapkan perencanaan yang telah
dibuat atau ditetapkan perusahaan sehingga perusahaan dapat mencapai tujuannya
secara optimal.
- Pembandingan
pelaksanaan kegiatan dengan standard dan penganalisa penyimpangan-penyimpangan
- Pengambilan
tindakan koreksi
Melakukan
perbaikan jika ditemukan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi
M.
Karakteristik
Controlling
Karakteristik-karakteristik controlling
yang efektif dapat diperinci sebagai berikut :
a. Akurat
b. Tepat
waktu
c. Obyektif
dan menyeluruh
d. Terpusat
pada titik-titik controlling yang strategik
e. Realistik
secara ekonomis
f. Terkoordinasi
dengan aliran kerja organisasi
g. Fleksibel
h. Bersifat
sebagai petunjuk dan operasional
i. Realistik
secara organisasional
j.
Diterima para anggota organisasi
0 komentar:
Posting Komentar