BAB
I
Pendahuluan
Sebelum
membahas lebih lanjut mengenai hubungan antara persepsi dan oengambilan
keputusan, serta proses dalam pengambilan keputusan. Mari kita telaah terlebih
dahulu mengenai pengertian persepsi dan pengambilan keputusan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
persepsi merupakan tanggapan (penerimaan) langsung dr sesuatu, sedangkan
persepsi yang dimaksud dalam pengambilan keputusan adalah proses individu dalam menginterpretasikan
kesan-kesan sensoris mereka guna memberi arti bagi lingkungan.
Sedangkan
pengambilan keputusan dipandang sebagai pemilihan alternatif dalam proses
pemecahan masalah. Dalam suatu organisasi proses pengambilan keputusan berada
di tangan manajer, namun dalam penerapannya proses pengambilan keputusan yang
baik harus didiskusikan dan dimusyawarahkan oleh karyawan lainnya guna
membangun komunikasi massa yang kondusif dalam dunia organisasi.
Berikut
adalah beberapa tujuan persepsi dalam pengambilan keputusan :
1.
Pengekplorasian
pemikiran
Persepsi
bertujuan sebagai pengekplorasian pemikiran karyawan dalam suatu perusahaan
atau anggota dalam suatu organisasi. Dengan adanya pemikiran – pemikiran baru
yang relevan, para pemimpin organisasi akan mampu memutuskan keputusan dengan
lugas, tepat dan cepat.
2.
Membangun
sistim kerja yang demokratis
3.
Sebagai
bahan pertimbangan
Persepsi
dalam dikatakan sebagai bahan pertimbangan karena dengan adanya persepsi
manajer atau pemimpin organisasi akan memiliki banyak opsi untuk menentukan
proses pengambilan keputusan. Sehingga para pemimpin organisasi tidak akan
dipusingkan sendiri dengan masalah yang sedang dihadapi oleh organisasi
tersebut.
4.
Pemenuhan
hak pegawai
Persepsi
bertujuan sebagai pemenuhan hak pegawai yaitu “penyampain pendapat” yang
dinyatakan dalam UUD 1945 yang berbunyi : “
5.
Melihat
sisi lain permasalahan
Terkadang
seorang atasan tidak mengetahui secara spesifik tentang permasalahan intern
bawahannya, para karyawan pun cenderung menutup – nutupi permasalahan itu karena
“takut” untuk menyampaikan persepsinya. Padahal sebagai seorang manajer
seseorang harus bertanggung jawab penuh atas segala permasalahan yang ada
selama kegiatan operasional perusahaan berlangsung. Dengan adanya pengembangan
persepsi dalam pengambilan keputusan, para pemimpin perusahaan akan tau
sepenuhnya mengenai permasalahan – permasalahan yang ada di dalam perusahaan
secara menyeluruh. Hal ini akan menimbulkan efek yang nyaman dalam dunia kerja.
6.
Menjalin
hubungan yang harmonis dalam lingkup kerja
Tujuan
persepsi kali ini didasarkan atas proses komunikasi yang berjalan dengan lancar
antara karyawan dengan atasannya karena karyawan diberi hak dalam proses
penyampaian aspirasi melalui persepsi dalam pengambilan keputusan, lingkup
kerja yang harmonis dapat meningkatkan kinerja karyawan perusahaan.
7.
Meningkatkan
citra kerja perusahaan
Apabila
persepsi telah terlaksana dengan baik dalam suatu perusahaan, tentu perusahaan
tersebut akan selalu berada dalam kondisi yang baik dan selalu terarah. Hal ini
akan berdampak pada citra kerja perusahaan di tinjau dari sisi eksternal
perusahaan.
8.
Meningkatkan
produktivitas perusahaan
Kinerja
yang baik, komunikasi yang berjalan dengan lancar, hubungan yang harmonis dalam
perusahaan yang semuanya disebabkan karena penyerahan persepsi dalam
pengambilan keputusan pada karyawan tentunya akan berdampak baik bagi
produktivitas perusahaan. Jika hal – hal internal selalu diperhatikan dengan
baik oleh para pemimpin perusahaan maka karyawan akan bekerja dengan baik pula
sehingga hal ini berdampak pada peningkatan profit dan keutungan perusahaan.
Untuk
itulah, persepsi sangat penting dalam pengambilan keputusan. Sebab, hal ini
memungkinkan pengambil keputusan untuk lebih sepenuhnya menghargai dan memahami
masalah, termasuk melihat masalah-masalah yang tidak dapat dilihat orang lain.
3 macam proses pengambilan keputusan (decision making) :
1.
Rasional
decision, rasional decision adalah proses pengambilan keputusan yang masuk akal
dan sesuai dengan peraturan dan norma yang berlaku dalam kehidupan sehari –
hari.
Misalnya
:
2.
Behaviour
decision, behaviour decision adalah proses pengambilan keputusan yang
didasarkan atas tingkah laku masing – masing individu. Proses pengambilan
keputusan seperti ini biasanya memerlukan rapat dan musyawarah khusus dalam
sebuah organisasi.
3.
Intuision
decison, intuision decision adalah proses pengambilan keputusan yang didasarkan
pola pikir dan pengalaman yang pernah
dialami oleh decision maker.
Contoh :
Dalam
suatu perusahaan, terdapat kekurangan karyawan. Pemimpin perusahaan
memerintahkan bagian staff kepegawaian untuk meluncurkan job vacancy dengan kriteria kualifikasi penilaian memenuhi grade 80
untuk dapat ditempatkan dibagian tersebut.
Dari
5 orang pelamar didapatkan kualifikasi pelamar pekerjaan sebagai berikut :
Kualifikasi Pelamar Pekerjaan
|
|||
No
|
Nama
|
Grade
|
Keterangan
|
1
|
Andi
|
70
|
Tidak Memenuhi Kuliafikasi
|
2
|
Budi
|
65
|
Tidak Memenuhi Kuliafikasi
|
3
|
Carli
|
58
|
Tidak Memenuhi Kuliafikasi
|
4
|
Dodi
|
74
|
Tidak Memenuhi Kuliafikasi
|
5
|
Edwin
|
76
|
Tidak Memenuhi Kuliafikasi
|
Pertanyaan
: Apa yang akan dilakukan oleh pemimpin perusahaan jika ditinjau dari macam –
macam tipe pengambilan keputusan ?
Analisis :
1.
Rasional
decision :
Pemimpin
dengan kualifikasi rasional decision akan cenderung tidak menerima satu pun
karyawan yang ada sebab tidak sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan
perusahaan. Pemimpin ini juga mempertimbangkan dengan matang kualitas pekerja
apabila dipekerjakan diperusahaan tersebut. Pemimpin dengan tipe ini lebih
memilih untuk membuka lowongan pekerjaan dan memperluas cangkupan untuk
mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan.
2.
Behavior
decision :
Pemimpin
dengan tipe ini akan cenderung memusyawarahkan hasil kualifikasi pelamar kepada
bawahannya terlebih dahuluan. Jika berada dalam perusahaan laba para pemimpin
akan berkonsultasi terlebih dahulu pada penasehat bisnis yang ada. Jika berada
dalam perusahaan non profit seperti lembaga pendidikan, lembaga pemerintahan
negara dan rumah sakit para pemimpin cenderung akan menkonsultasikan masalah
ini pada konsultan, psikolog atau bimbingan konseling.
3.
Intiuion
decision :
Pemimpin
dengan tipe intiution decision cenderung akan memilih “Edwin” untuk dapat
dipekerjakan diperusahaan tersebut dengan alasan kriteria kualifikasi
penilaiannya mendekati spesifikasi job desk yang di butuhkan. Para pemimpin
dengan tipe ini cenderung mendirikan banyak pelatihan – pelatihan didalam
internal perusahaan untuk meningkatkan kualitas karyawannya sebagai jalan
keluar permasalahn tersebut.
Lalu,
ingin menjadi pemimpin yang seperti apakah anda?
A.
Strategi Pengambilan Keputusan
Esensi
dari sebuah pengambilan keputusan adalah proses penentuan pilihan (Sharf,
1992:303). Secara alami, manusia akan diperhadapkan kepada berbagai pilihan dan
secara alami juga ia dilatih mengambil keputusan dari pilihan-pilihan hidup
yang dialaminya. Oleh karena itu sesungguhnya manusia akan terus menerus
menentukan pilihan hidup dari waktu ke waktu sampai akhir kehidupan. Proses
inilah yang disebut dengan pengambilan keputusan (Sharf, 1992 : 303). Jadi,
esensi dari sebuah pengambilan keputusan adalah proses penentuan pilhan. Hanya
saja pada kenyataannya ada individu yang mampu dengan tepat mengambil keputusan
ada juga yang tidak mampu.
Kenyataan
ini terjadi karena berbagai hal. Kenyataan seperti ini terjadi mungkin
disebabkan oleh kesalahan strategi yang digunakannya. Oleh sebab itu pada
bagian ini dikemukakan strategi pengambilan keputusan, yang di dalamnya dibahas
tentang tipe strategi pengambilan keputusan, mengantisipasi sebuah pilihan, dan
tahapan pengambilan keputusan.
B.
Tipe Strategi Pengambilan Keputusan
Menurut
Dinklage (Sharf, 1992 : 305) ada delapan tipe strategi pengambilan keputusan. Yakni
tipe delaying,
fatalistic, compliant, dan tipe paralytic. Empat tipe lainnya
dipandang sebagai cara yang efektif dalam mengambil keputusan, yakni tipe intuitive, impulsive,
agonizing, dan tipe planful.
1.
Delaying
Pada
prinsipnya tipe strategi ini merupakan salah satu dari model penangguhan atau
semacam prokrastinasi. Individu memutuskan bahwa ia akan mengambil keputusan
pada waktu yang lama. Termasuk dalam contoh strategi ini adalah siswa yang
menunggu sampai kesempatan paling akhir dalam menyelesaikan tugas dan
dibiarkannya tugas itu berlarut-larut sampai kehabisan waktu sehingga tugasnya
tidak sempat dikumpulkan.
2.
Fatalistic
Tipe
ini merupakan salah satu tipe yang tidak menentukan piihan. Individu dengan
tipe ini tidak melakukan aksi apapun terhadap pilihan-pilihan yang ada.
Misalnya, siswa bangun tidur kesiangan dan waktu masuk sekolah tinggal 20 menit
lagi. Dalam menghadapi situasi ini ia berpikir dalam waktu 20 menit tidak
mungkin cukup untuk mandi, shalat sudah kesiangan, dan jalan ke sekolah 10
menit. Lalu ia memutuskan untuk berdiam saja. Padahal pada situasi seperti ini
mungkin tidak usah mandi yang penting cuci muka dan merapikan badan, lalu wudlu
dan shalat, setelah itu cari ojeg tercepat, atau lari untuk pergi kesekolah
tepat waktu.
3.
Compliant
Tipe
strategi ini terjadi jika seseorang mengalah pada rencana pihak lain yang telah
membuat keputusan untuknya. Ia sangat pasif atau terbebani oleh otoritas figur.
Contoh yang amat klasik antara lain: orang tua memutuskan anaknya untuk
menjadi doctor tetapi anaknya tidak mau masuk dunia kedokteran.
4.
Tipe Paralytic
Tipe
strategi terjadi ketika seseorang sangat takut atau sangat cemas untuk membuat
suatu keputusan. Ia merasa tidak mampu memutuskan. Ia mungkin merasa tertekan
atau didesak oleh dirinya sendiri atau orang lain untuk membuat keputusan,
tetapi takut oleh konsekuensi dari keputusan yang diambilnya.
5.
Intuitive
Strategi
intuitif merupakan strategi dalam membuat keputusan yang berdasarkan pada
perasaan dari pada pemikiran. Hasilnya disebut keputusan intuitif. Keputusan
ini mungkin tepat, tetapi tidak disertai atas hasil analisis keunggulan diri
seperti bakat, kemampuan, minat, dan lainlain.
6.
Impulsive
Strategi
impulsif adalah proses pengambilan keputusan yang tidak mempertimbangkan
alternatif lain. Pada strategi ini individu begitu menggebu-gebu pingin
langsung mengambil keputusan tertentu. Ia tidak mengidentipikasi dan
menganalisis alternatif lain.
7.
Agonizing
Agonize
berarti
menyakitkan sekali. Strategi agonizing
berarti strategi pengambilan keputusan yang hasilnya mengecewakan
karena tidak adanya kemampuan dan kurangnya informasi yang dimiliki. Misalnya,
seseorang yang menginginkan menjadi seorang tentara tetapi kemampuan fisiknya
tidak memadai, akhirnya ia memutuskan untuk masuk Sekolah Tinggi Terpadu untuk
mengenyam pendidikan sebagai tentara. Alhasil, ia malah sakit – sakitan dan
segala tugasnya terbengkalai.
8.
Planful
Pada
strategi ini, individu dapat membuat perencanaan ketika mengambil keputusan. Ia
memutuskan atas dasar perencanaannya itu. Ia mempertimbangkan baik perasaan
maupun pengetahuan tentang kemampuan, bakat, minat, dan nilai-nilai dalam
membuat suatu keputusan, termasuk keputusan karier.
C.
Mengantisipasi Suatu Pilihan
Mengantisipasi
sebuah pilihan merupakan proses mengarahkan individu pada suatu pilihan yang
tepat. Tiedeman dan O’Hara (Sharf, 1992 :307) membagi antisipasi dalam membuat
keputusan menjadi empat proses, yakni eksplorasi, kristalisasi, pemilihan,
klarifikasi. Keempat proses ini tidak selalu bersifat sekuensial. Miller dan
Tiedeman (1989) menegaskan bahwa tahapan tersebut sebagai panduan (guideline) dalam
mengantisipasi suatu keputusan.
1.
Eksplorasi
Eksplorasi
yang dimaksud adalah penjelajahan terhadap kemunkinan alternatif keputusan yang
akan diambil. Misalnya, pada saat seseorang ingin melanjutkan studi, lalu yang
memungkinkan baginya adalah program studi bahasa Inggris danIndonesia, maka ia
sebaiknya mengeksplorasi dahulu berbagai hal yang terkait dengan kedua program
tersebut. Melalui eksplorasi ini ia mengetahui dengan persis konsekuensi apa
yang akan dialami jika mengambil program studi bahasa Inggris dan konsekuensi
apa yang akan dialami jika ia mengambil program studi bahasa Indeonesia.
2.
Kristalisasi
Tiedeman
dan O’Hara (Sharf, 1992 :308) berpendapat bahwa kristalisasi merupakan sebuah
stabilisasi dari representasi berpikir. Pada tahap kristalisasi, pemikiran dan
perasaan mulai terpadu dan teratur. Keyakinan atas pilihan yang akan diambil
menguat. Definisi tentang alternatif pilihan semakin jelas.
3.
Pemilihan
Sebagaimana
perkembangan kristalisasi, pemilihan pun terjadi. Individu percaya atas
pilihannya.
4.
Klarifikasi
Ketika
seseorang membuat keputusan lalu ia melakukannya. Dalam perjalanannya mungkin
ada yang lancar mungkin ada yang mempertanyakan kembali karena kebingungan.
Pada saat kebingunan maka ia seharusnya melakukan eksplorasi kembali,
kristalisasi, lalu lakukan pemilihan alternatif kembali dan seterusnya.
D.
Tahapan Pengambilan Keputusan
Berdasarkan
pandangan Asosiasi Psikologi Amerika, Sharf (1992 : 315) menjelaskan sekuensi
pengambilan keputusan, yang lebih dikenal dengan tahapan pengambilan keputusan
karier.
1.
Mendefinisikan dan menstrukturkan keputusan (defining and structuring the
decision) Tahap awal yang harus jelas dalam tahapan pengambian
keputusan, terutama keputusan karier, adalah definisi keputusannya. Artinya,
harus jelas benar apa yang akan diputuskan. Misalnya, apakah yang akan dipilih
oleh seseorang itu persoalan memilih sekolah, mata pelajaran, atau tentang
suatu pekerjaan. Pada tahap ini harus ditonjolkan hal yang khusus yang akan
diputuskan
2.
Identifikasi aspek-aspek yang relevan (Identify relevant aspects) Jika
definisi masalah yang akan diputuskan sudah jelas, proses pengambilan keputusan
dapat dilanjutkan dengan proses identifikasi aspek-aspek yang relevan dengan
masalah atau definisi keputusan. Misalnya, yang akan diputuskan adalah
melanjutkan studi. Maka, aspek yang perlu diidentifikasi antara lain sekolah
yang diminati mana saja, keunggulan, dan kelemahan diri apa saja.
3.
Memeringkatkan aspek-aspek penting (rank aspects by importance)Jika
aspek-aspek telah teridentifikasi, dilanjutkan dengan memerikatkan aspek
tersebut. Jika yang menjadi ukuran adalah minat, memeringkatkan dilakukan dari
mulai yang diminati sampai dengan kepada yang kurang diminati. Jika ukurannya
gaji, memeringkatkan dimulai dari pekerjaan yang gajinya paling besar sampai
yang paling rendah. Jadi, untuk memeringkatkan bergantung pada ukuran
peringkatnya.
4.
Identifikasi aspek paling penting yang dapat diterima (Identify theacceptable range
for the most important aspect not yet consider) Sesungguhnya, untuk
mengidentifikasi aspek paling penting yang dapat diterima sudah tampak pada
proses pemeringkatan. Hanya pada tahap ini perlu ditegaskan peringkat
teratasnya saja. Misalnya, yang dapat diterima hanya peringkat tiga besar.
5.
Membuang pekerjaan yang karakteristiknya tidak sesuai dengan aspek
aspek yang diterima Setelah teridentifikasi aspek-aspek yang dapat diterima,
yang tidak diterima dibuang dan yang sesuai dengan karakteristik yang
diharapkan diambil sebagai alternatif yang akan diputuskan.
6.
Alternatif untuk dieksplorasi lebih jauh Ditentukan alternatif
yang diambil sebagai hasil keputusan yang akan dieksplorasi lebih jauh.
E. Skema penilaian pengambilan keputusan
a.
Skema kemenangan mayoritas
Skema
yang lazim digunakan kelompok sampai kepada keputusan yang didukung oleh
mayoritas. Skema ini muncul untuk memandu pengambilan keputusan saat tidak ada keputusan yang benar benar secara objektif.
Contohnya adalah
pemilihan pengurus organsasi, terdapat 3 kandidat yang berbeda. Setelah
dilakukan pemilihan terpilihlah satu kandidat yang menjadi pilihan utama untuk
menjadi seorang ketua organisasi.
Skema penilaian keputusan
seperti ini banyak digunakan oleh organisasi – organisasi yang ada sebab
pengambilan keputusannya mudah dan cepat. Namun tingkat keakuratan dan hasil
yang diberikan baru telihat setelah keputusan dilaksanakan.
b. Skema kemenangan
sebenarnya.
Saat semakin banyak informasi diberikan dan pendapat dibahas dalam skema ini,
kelompok menyadari bahwa ada satu pendekatan yang benar secara objektif.
Misalnya, kelompok memutuskan apakah penggunaan nilai tes untuk menyeleksi
karyawan akan berguna dan apakah informasi nilai tersebut mampu memprediksi
kinerja.
Penilaian skema keputusan
yang seperti ini biasanya menimbulkan hasil yang akurat dan maksimal, namun
membutuhkan waktu yang cukup lama.
c. Skema mayoritas dua per tiga.
c. Skema mayoritas dua per tiga.
Skema mayoritas dua per tiga biasa digunakan dalam dunia perlombaan, audisi
bakat maupun pengadilan. Dengan penilai atau pengambil keputusan bersifat
ganjil yang terdiri dari 3 orang pengambil keputusan (penilai). Misalnya dalam
dunia pengadilan, apabila 3 dari 2 hakim menyatakan terdakwa bersalah maka
terdakwa resmi bersalah, walaupun 1 hakim menyatakan sebaliknya.
Begitu pula hal yang
terjadi dalam audisi atau perlombaan. Apabila 2 juri menyatakan lulus maka
peserta lulus, walaupun 1 juri menyatakan hal yang sebaliknya.
Sumber :
Supranto, Johannes, 1999.
Teknik Pengambilan Keputusan. Jakarta: Rineka Cipta.
Ridha, Akrim. 2003. Cara
cerdas mengambil keputusan, Bandung: Cipta Media.
Johnson, Spencer. 2002.
Yes or No: Panduan Membuat Keputusan Yang Lebih Baik, Edisi Terjemahan.
Jakarta: Gramedia.