Bab III
Pengambilan Keputusan
A.
Definisi
Konseptual
1.
Ralph C. Davis (Hasan, 2004) :
Keputusan
sebagai hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Suatu keputusan
merupakan jawaban yang pasti terhadap suatu pertanyaan. Keputusan harus dapat menjawab
pertanyaan tentang apa yang dibicarakan dalam hubungannya dengan perencanaan.
Keputusan dapat pula berupa tindakan terhadap pelaksanaan yang sangat
menyimpang dari rencana semula.
2.
Mary
Follet :
Keputusan
sebagai suatu atau sebagai hokum situasi. Apabila semua fakta dari situasi itu
dapat diperolehnya dan semuayang terlibat, baik pengawas maupun pelaksana mau
mentaati hukumannya atau ketentuannya, maka tidak sama dengan mentaati
perintah. Wewenang tinggal dijalankan, tetapi itu merupakan wewenang dari hukum
situasi.
3.
Sondang
P. Siagian :
Pengambilan
keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif
yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan
tindakan yang paling cepat.
B.
Tahapan
– tahapan Pengambilan Keputusan
Tahapan – tahapan dalam proses pengambilan
keputusan adalah sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi
suatu masalah
b. Memperjelas
dan menyusun prioritas sasaran-sasaran
c. Menciptakan
pilihan-pilihan
d. Menilai
pilihan-pilihan
e. Memperbandingkan
akibat-akibat yang diramalkan pada masing-masing pilihan
f. Memilih
pilihan dengan konsekuensi-konsekuensi dengan dengan
sasaran-sasaran(Drummond,1995:3)
C.
Jenis
Masalah dan Keputusan
Masalah atau problem dibagi menjadi 3
golongan besar yaitu :
1. Masalah
Korektif adalahmasalah yang timbul karena adanya penyimpangan dari apa yang
direncanakan.
2. Masalah
Progresif adalah suatu masalah yang
terjadi akibat adanya keinginan untuk memperbaiki atau meningkatkan suatu
prestasi atau hasil masa lalu.
3. Masalah
kreatif adalah suatu masalah yang muncul
karena adanya keinginan untuk menciptakan sesuatu yang sama sekali baru.
D.
Gaya
Pengambilan Keputusan
Gaya pengambilan keputusan terbagi menjadi
4, yaitu :
1.
Gaya
Direktif
Pembuat
keputusan gaya direktif mempunyai toleransi rendah pada ambiguitas, dan
berorienytasi pada tugas dan masalah teknis. Pembuat keputusan ini cenderung
lebih efisien, logis, pragmatis dan sistematis dalam memecahkan masalah.Pembuat
keputusan direktif juga berfokus pada fakta dan menyelesaikan segala sesuatu
dengan cepat.
Mereka
berorientasi pada tindakan, cenderung mempunyai fokus jangka pendek, suka
menggunakan kekuasaan, ingin mengontrol, dan secan menampilkan gaya
kepemimpinan otokratis.
2.
Gaya
Analitik
Pembuat
keputusan gaya analitikmempunyai toleransi yang tinggi untuk ambiguitas dan
tugas yang kuat serta orientasi teknis.
Jenis ini suka menganalisis situasi ; pada kenyataannya, mereka cenderung
terlalu menganalisis sesuatu.Mereka mengevaluasi lebih banyak informasi dan
alternatif darpada pembuat keputusan direktif.
Mereka
juga memerlukan waktu lama untuk mengambil kepuputusan mereka merespons situasi
baru atau tidak menentu dengan baik. Mereka juga cenderung mempunyai gaya
kepemimpinan otokratis.
3.
Gaya
Konseptual
Pembuat
keputusan gaya konseptual mempunyai toleransi tinggi untuk ambiguitas, orang
yang kuat dan peduli pada lingkungan sosial. Mereka berpandangan luas dalam
memecahkan masalah dan suka mempertimbangkan banyak pilihan dan kemungkinan
masa mendatang.Pembuat keputusan ini membahas sesuatu dengan orang sebanyak
mungkin untuk mendapat sejumlah informasi dan kemudian mengandalkan intuisi
dalam mengambil keputusan.Pembuat keputusan konseptual juga berani mengambil
risiko dan cenderung bagus dalam menemukan solusi yang kreatif atas masalah.Akan
tetapi, pada saat bersamaan, mereka dapat membantu mengembangkan pendekatan
idealistis dan ketidakpastian dalam pengambilan keputusan.
4.
Gaya
Perilaku
Pembuat
keputusan gaya perilaku ditandai dengan toleransi ambiguitas yang rendah, orang
yang kuat dan peduli lingkungan sosial. Pembuat keputusan cenderung bekerja
dengan baik dengan orang lain dan menyukai situasi keterbukaan dalam pertukaran
pendapat. Mereka cenderung menerima saran, sportif dan bersahabat, dan menyukai
informasi verbal daripada tulisan. Mereka cenderung menghindari konflik dan
sepenuhnya peduli dengan kebahagiaan orang lain.
Akibatnya,
pembuat keputusan mempunyai kesulitan untuk berkata 'tidak' kepada orang lain,
dan mereka tidak membuat keputusan yang tegas, terutama saat hasil keputusan akan
membuat orang sedih.
E.
Jenis
Keputusan
Secara umum keputusan terbagi menjadi dua,
yaitu sebagai berikut :
1. Keputusan
Strategis, setiap organisasi melahirkan berbagai kebijakan atau organisasional.
Kebijakan dan arah organisasi merupakan keputusan strategis.
2. Keputusan
Operasiona, adapun keputusan operasional menyangkut pengelolaan organisasi
sehari-hari. Keputusan operasional sangat menentukan efektivitas keputusan
strategis yang diambil oleh para manajer puncak (Drummond, 1995:13).
Disisi lain, ada pula jenis keputusan berdasarkan masalah yang dihadapi yaitu :
1. Keputusan
yang diprogramkan (Program Decision)
Keputusan
ini adalah keputusan yang dibuat berdasarkan pada problem yang diketahui secara
baik (well-structured problems) atau
masalahnya diketahui secara jelas.
2. Keputusan
yang tidak diprogram (Non – Programed
Decision)
Keputusan
ini adalah keputusan yang diambil atau dibuat berdasarkan masalah yang tidak
diketahui secara jelas(ill-stuctured problems) atau data dan informasinya
kurang tersedia sebagaimana mestinya.
F.
Kondisi
Pengambilan Keputusan
1. Pengambilan
keputusan dalam kondisi pasti.
Yaitu
pengambilan keputusan dimana berlangsung hal-hal :
a. Alternatif
yang harus dipilih hanya memiliki satu konsekuensi/jawaban/hasil. Ini berarti
hasil dari setiap alternatif tindakan tersebut dapat ditentukan dengan pasti;
b. Keputusan
yg diambil didukung oleh informasi/data yg lengkap, sehingga dapat diramalkan
secara akurat hasil dari setiap tindakan yang dilakukan;
c. Dalam
kondisi ini, pengambil keputusan secara pasti mengetahui apa yang akan terjadi
di masa yang akan datang;
d. Biasanya
selalu dihubungkan dengan keputusan yang menyangkut masalah rutin, karena
kejadian tertentu di masa yang akan datang dijamin terjadi;
e. Pengambilan
keputusan seperti ini dapat ditemui dalam kasus/model yg beresifat
deterministik.
2. Pengambilan
Keputusan dalam kondisi resiko.
Yaitu pengambilan
keputusan dimana berlangsung hal-hal :
a. Alternatif
yang dipilih mengandung lebih dari satu kemungkinan hasil;
b. Pengambilan
keputusan memiliki lebih dari satu alternatif tindakan;
c. Diasumsikan
bahwa pengambilan keputusan mengetahui peluang yang akan terjadi terhadap
berbagai tindakan dan hasil;
d. Resiko
terjadi karena hasil pengumpulan keputusan tidak dapat diketahui dengan pasti,
walaupun diketahui nilai probabilitasnya;
e. Pada
kondisi ini ada informasi atau data yang akan mendukung dlm membuat keputusan,
berupa besar atau nilai peluang terjadinya bermacam-macam keadaan;
f. Teknik
pemecahannya menggunakan konsep probabilitas, seperti model keputusan probabilistik,
model inventori probabilistik, model antrian probabilistik.
3. Pengambilan
Keputusan dalam kondisi tidak pasti.
Yaitu
pengambilan keputusan dimana :
a. Tidak
diketahu sama sekali hal jumlah kondisi yang mungkin timbul serta
kemungkinan-kemungkinan munculnya kondisi-kondisi tersebut;
b. Pengambilan
keputusan tidak dapat menentukan probabilitas terjadinya berbagai kondisi atau hasil yang keluar;
c. Pengambil
keputusan tidak mempunyai pengetahuan atau informasi lengkap mengenai peluang
terjadinya bermacam-macam keadaan tersebut;
d. Teknik
pemecahannya adalah menggunakan beberapa metode/kreteria, yaitu metode maximin,
metode maximax, metode Laplace, metode minimax regret, metode relaisme dan
dibantu dengan tabel hasil (pay off tabel);
e. Hal
yang akan diputuskan biasanya relatif belum pernah terjadi. Tingkat
ketidakpastian keputusan semacam ini dapat dikurangi dengan cara :
- Mencari
informasi lebih banyak.
-
Melalui riset atau penelitian.
- Penggunaan
probabilitas subjektif
4. Pengambilan
Keputusan dalam kondisi Konflik.
Yaitu pengambilan
keputusan dimana :
a. Kepentingan
dua atau lebih pengambil keputusan saling bertentangan dalam situasi
persaingan;
b. Pengambil
keputusan saling bersaing dengan pengambil keputusan lainnya yg rasional,
tanggap dan bertujuan untuk memenangkan persaingan tersebut;
c. Pengambil
keputusan bertindak sebagai pemain dalam suatu permainan;
d. Teknik
pemecahannya adalah menggunakan teori permainan.
G.
Pendekatan
Pengambilan Keputusan
1. Pendekatan
filosofi
a. Konsekuensialisme,
Utilitarianisme, atau Teleologi
Pelaku
Konsekuensialisme sungguh-sungguh dalam memaksimalkan manfaat yang dihasilkan
oleh keputusan. Paham ini berpegang pada prinsip bahwa suatu tindakan itu benar
secara moral jika dan hanya jika tindakan itu memaksimalkan manfaat bersih.
Dengan
kata lain, suatu tindakan dan juga keputusan disebut etis jika konsekuensi yang
menguntungkan lebih besar daripada konsekuensi yang merugikan. Utilitarianisme
klasik berkaitan dengan utilitas keseluruhan, mencakup keseluruhan varian, dan
karenanya hal ini hanyalah sebagian manfaat dalam pengambilan keputusan etis
dalam konteks bisnis, profesional dan organisasi.Konsekuensialisme dan
utilitarianisme berfokus pada hasil atau akhir dari tindakan, maka disebut juga
Teleological.
b. Deontologi
Berbeda
dengan konsekuensialisme, deontologi berfokus pada kewajiban dan tanggung jawab
yang memotivasi suatu keputusan atau tindakan dan bukan pada konsekuensi dari
tindakan.Tindakan yang didasarkan pada pertimbangan kewajiban, hak, dan
keadilan sangat penting bagi professional, direktur, dan eksekutif yang diharapkan
memenuhi kewajibannya.
Menambah
konsekuensialisme dengan analisis deontologi secara khusus termasuk perlakuan
yang adil akan menjaga terhadap situasi dimana untuk kepentingan apa
pertimbangan konsekuensi yang menguntungkan akan diperbolehkan untuk
membenarkan tindakan ilegal atau tidak etis dalam mencapai tujuan.
c. Virtue
Ethics
Kalau
kedua pendekatan tadi menekankan pada konsekuensi dari tindakan atau tanggung
jawab, hak dan prinsip-prinsip sebagai panduan untuk membenarkan kebiasaan
moral, etika kebajikan berkaitan dengan aspek motivasi dari karakter moral yang
ditunjukkan oleh pengambil keputusan.
2. Pendekatan
5 pertanyaan
Kerangka 5 pertanyaan adalah pendekatan berguna untuk
pertimbangan tertib masalah tanpa banyak eksternalitas dan di mana fokus khusus
yang diinginkan oleh perancang proses pengambilan untuk pengobatan yang
diperluas dari pendekatan ini.
Pendekatan
5 pertanyaan opsional dirancang untuk memfokuskan proses pengambilan keputusan
pada relevansi isu tertentu untuk organisasi
atau pengambil keputusan yang terlibat.
3. Pendekatan
standar moral
Pendekatan
standar moral untuk analisis dampak stakeholder yang dibangun langsung pada
tiga kepentingan mendasar dari stakeholder. Hal ini agak lebih umum dalam fokus
dari pendekatan 5 pertanyaan, dan memimpin pengambil keputusan untuk analisis
yang lebih luas berdasarkan keuntungan bersih bukan hanya profitabilitas
sebagai tantangan pertama dari keputusan yang diusulkan. Akibatnya, ia
menawarkan sebuah kerangka yang lebih cocok untuk pertimbangan keputusan yang
memiliki dampak signifikan di luar korporasi dari kerangka kerja 4 pertanyaan.
4. Pendekatan
pastin
Pastin
menggunakan konsep etika aturan dasar untuk apture gagasan bahwa individu dan
organisasi memiliki aturan-aturan dasar atau nilai-nilai fundamental yang
mengatur perilaku mereka atau perilaku yang diinginkan. Jika keputusan
dipandang menyinggung nilai-nilai ini, ada kemungkinan bahwa disenchamtment
atau relatiation akan terjadi. Sayangnya, hal ini dapat menyebabkan pemecatan
seorang karyawan yang bertindak tanpa pemahaman
aturan dasar etika baik dari organisasi pengusaha yang terlibat. Dalam
rangka untuk memahami aturan dasar yang berlaku untuk benar mengukur komitmen
organisasi untuk proposal dan untuk melindungi pembuat keputusan., Pastin
menunjukkan bahwa pemeriksaan keputusan masa lalu atau tindakan dibuat. Ia
menyebut ini pendekatan reverse engineering keputusan, karena upaya ini
dilakukan untuk mengambil keputusan masa lalu terpisah untuk melihat bagaimana
dan mengapa mereka dibuat. Pastin menunjukkan bahwa orang sering dijaga (secara
sukarela atau tanpa sadar) tentang mengekspresikan nilai-nilai mereka, dan
bahwa reverse engineering menawarkan cara untuk melihat, melalui tindakan masa
lalu, apa nilai-nilai mereka.
Pastin
menggunakan konsep etika aturan dasar untuk apture gagasan bahwa individu dan
organisasi memiliki aturan-aturan dasar atau nilai-nilai fundamental yang
mengatur perilaku mereka atau perilaku yang diinginkan. Jika keputusan
dipandang menyinggung nilai-nilai ini, ada kemungkinan bahwa disenchamtment
atau relatiation akan terjadi.
0 komentar:
Posting Komentar